Pakar Militer Jerman: Rusia Menggerogoti,NATO Pecah Jadi Tiga Kubu dan Terancam Runtuh
Rusia berharap adanya perpecahan di NATO terkait apakah pakta keamanan Atlantik Utara tersebut akan menggunakan pasal pertahanan kolektif aliansi itu.
Hal ini mendorong Rusia melancarkan serangan terbatas ke sisi timur wilayah aliansi tersebut dalam waktu tiga tahun.
Analisis soal cara Rusia menggerogoti NATO lewat serangan terbatas ini dilontarkan Carlo Masala, pakar militer dan profesor politik Jerman.
Bukunya 'If Russia Wins: A Scenario', berspekulasi kalau Kremlin potensial bergerak maju ke Estonia paling cepat pada tahun 2028.
Keberanian Rusia ini lantaran ada kalangan petinggi di Moskow yang tidak yakin kalau setiap anggota NATO akan mendukung Pasal 5.
Pasal 5 dalam perjanjian aliansi NATO menetapkan bahwa serangan terhadap satu anggota aliansi adalah serangan terhadap semua.
Masala mengatakan kepada NW kalau ini terjadi karena Moskow yakin bahwa beberapa negara NATO "tidak bersedia melawan Rusia."
Rusia Dituduh Melakukan Provokasi
Analisis Mesala ini merujuk pada insiden terbaru Rusia dan NATO.
Estonia menuduh Rusia melakukan provokasi, yang terbaru adalah adanya pergerakan tidak biasa oleh pasukan Rusia di dekat perbatasannya awal bulan ini.
Manuver Moskow ini mendorong Tallinn untuk menutup pos pemeriksaan perbatasannya di dekat perlintasan perbatasan Saatse Boot.
Menteri Luar Negeri Estonia Margus Tsahkna mengatakan para pejabat melihat "tujuh tentara Rusia bersenjata" di sisi Rusia sebuah jalan di Estonia tenggara yang melintasi wilayah Rusia.
"Pihak berwenang Estonia menghentikan sementara lalu lintas di jalan tersebut untuk menghindari "potensi insiden," kata menteri tersebut.
Tindakan yang lebih terbuka oleh Moskow, termasuk saat pesawat Mikoyan MiG-31 yang memasuki wilayah udara Estonia pada bulan September—yang dibantah Kremlin—menunjukkan bagaimana Rusia menjadi “lebih gegabah dan berani dalam menguji aksi dan respons pencegahan NATO.”
"Jika Anda yakin pada efek jeranya, maka Anda tidak akan terbang dengan tiga pilot pesawat tempur ke wilayah udara Estonia," kata Masala.
"Anda mungkin bisa melakukannya dengan satu pilot, tetapi tidak dengan tiga pilot selama 12 menit."
Estonia kemudian menggunakan Pasal 4 piagam NATO yang menyerukan lebih banyak rapat konsultasi sebelum akhirnya memutuskan menggunakan pasal 5 atau tidak.
Namun Masala mengatakan anggota lain NATO menekankan kemungkinan kalau insiden itu mungkin merupakan kesalahan.
"Respons negara anggota aliansi yang terpecah dapat menjadi lebih nyata di masa mendatang dan dieksploitasi oleh Moskow, yang didorong oleh kesepakatan pasca-perang Ukraina yang menguntungkan Kremlin," menurut buku Masala, yang menguraikan keadaan tindakan Rusia terhadap Estonia.
Moskow Menguji Pasal 5, NATO Pecah Jadi Tiga Kubu
Serangan berskala besar terhadap satu atau lebih negara Baltik atau Polandia meningkatkan kemungkinan NATO akan menerapkan Pasal 5 secara sangat tinggi, sebuah risiko yang tidak mungkin diambil Rusia, kata Masala.
Namun, provokasi yang lebih kecil membuat NATO lebih mungkin terbagi menjadi setidaknya dua atau bahkan tiga kubu.
Tiga kubu respons negara NATO tersebut adalah mereka yang ingin melawan segera, mereka yang ingin bernegosiasi dengan Rusia, dan mereka yang berharap semuanya segera berakhir.
Hal ini dapat dipermudah dengan pergeseran ke arah kanan dalam tiga tahun ke depan di antara para pemimpin politik di Eropa yang kurang berpihak pada NATO.
“Rusia memanfaatkan hal itu,” kata Masala.
Bukunya menguraikan apa yang mungkin dilakukan Moskow seandainya perang Ukraina diselesaikan dengan persyaratan yang menguntungkan Moskow.
Syarat yang menguntungkan Rusia itu misalnya, seperti Kiev menyerahkan 20 persen wilayahnya dan dicegah mengejar keanggotaan NATO dengan sedikit jaminan keamanan.
Provokasi Rusia yang lebih kecil terhadap NATO, yang dijelaskan dalam buku Masala, melibatkan invasi terbatas Rusia ke kota Narva di Estonia dengan dalih melindungi penduduk yang sebagian besar berbahasa Rusia.
"Dalih ini disebarkan melalui misinformasi dan propaganda akan digambarkan Kremlin sebagai pihak yang terancam. Hal ini diambil dari buku pedoman tindakannya di wilayah Donbas, Ukraina, pada tahun 2014," papar Masala dalam bukunya.
Kemudian tentara Rusia akan muncul di pulau Hiiumaa, Estonia, yang didukung oleh kapal perang Armada Baltik Rusia, yang dapat memblokade negara-negara Baltik, menurut buku tersebut.
"Membantu tindakannya akan berupa pengalihan di Laut Cina Selatan yang melibatkan perselisihan antara Beijing dan Filipina, dan krisis migran di Eropa Selatan," menurut skenario Masala.
"Manuver ini akan menguji ketahanan masyarakat internasional dan NATO," tambahnya.
Dalam bukunya, Masal juga mengemukakan gagasan kalau Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengundurkan diri tetapi ambisi kekaisaran Kremlin akan tetap ada dan difokuskan untuk mendominasi Eropa Timur.
"Selama NATO bereaksi terhadap provokasi semacam ini dan AS mempertahankan kehadirannya di Eropa, sangat tidak mungkin Rusia dapat mendominasi negara-negara di Eropa Timur secara politik dan ekonomi," kata Masala.
“Namun, begitu NATO runtuh, semuanya menjadi jauh lebih mudah,” katanya lalu menambahkan, "Keruntuhan akan terjadi jika Pasal 5 tidak ditindaklanjuti.
0 Response to "Pakar Militer Jerman: Rusia Menggerogoti,NATO Pecah Jadi Tiga Kubu dan Terancam Runtuh"
Posting Komentar